Contoh Naskah Drama

BY IN CH - Grade 12 Comments Off on Contoh Naskah Drama ,

Berikut adalah contoh naskah drama untuk class project grade 11

PENGAKUAN TERLARANG

PEMAIN: ratu, menteri,orang tua, istri orang tua,hakim, anak perempuan, dosen, dan manusia bayangan.

Suasana panggung menggambarkan kegelapan di malam hari. Di tengah panggung terdapat tiang bendera, meja kecil dan kursi-kursi, sekeliling panggung dipenuhi tempelan-tempelan topeng kertas.

Babak I

Musik pengantar; Manusia Bayangan (MB) memasuki ruangan sambil membawa lilin lalu mulai menyapa penonton.

MB                                           : (bergaya centil) Selamat malam saudara. 40 tahun sudah sejak peristiwa di Negara tetangga kita indonsia… eh maaf Indonesia. Maaf, jika saudara lupa, ada baiknya saya sedikit mengingatkan (tampilan video 98) kerajaan ini adalah salah satu yang paling terkena imbasnya. Banyak criminal yang lari kesini. Mereka juga jadi warga Negara kerajaan ini. Ah merepotkan. Dan mereka juga yang jadi penyebab kejahatan di negeri ini meningkat. Ah sudahlah. Buka mata saudara lebar-lebar, perhatikan contoh-contoh dosa yang mereka bawa!!!

 

Babak II

Musik pengantar; seorang Ratu (R) dan Menterinya (M) muncul

RATU              : (menyapa penonton dengan bahasa yang medok namun sedikit judes) selamat malam rakyatku semua… sudah pada tahu to? Kalo negeri kita yang cuantik ini, yang luas ini, yang gemah ripah loh jinawi, sebentar lagi akan merayakan ulang tahun loh… (menoleh ke menteri) menteriku, tolong kamu siapkan pesta yang sebuesar-besarnya. Kamu undang semua pemimpin-pemimpin di dunia, biar mereka tahu, kalo kita jga bisa buat pesta yang gede-gede kayak mereka! (berhenti sejenak) Tapi… tunggu dulu, kas kita tinggal berapa ya?

MENTERI       :(membuka-buka buku kas) ehm…tenang ratu, kas kita masih banyak. Tambang minyak di pulau Bekas Alir, tembaga di pulau Paru, emas di pulau Burung, terus…Keburu distop ratu)

RATU              : cukup…cukup…cukup. ya, ya..kalau begitu, menteri, segera siapkan pestanya…

Tiba-tiba dari belakang keduanya, tampak orang tua menurunkan bendera kerajaan. Lalu ia memasukkannya dalam tas. Kemudian tamapk terburu-buru sehinnga lewat di depam Ratu dan Menteri tanpa permisi.

RATU              : e…e…eh…tidak sopan! Lewat di depan ratunya kok main selonong aja! Berhenti kamu!

ORANG TUA🙁menoleh) saya?

RATU                        : iya kamu! (memperhatikan tas) bawa apa itu?

ORANG TUA: oh, bukan apa-apa Ratu! (menyembunyikan tas di balik punggung)

RATU                        : menteri, periksa orang itu!

Terjadi rebut-rebutan tas antara menteri dan pengemis. Tetapi menteri berhasil merebut tas pengemis. Sampai-sampai pengemis jatuh tersungkur.

MENTERI     : Ratu, ini Ratu…ternyata dia nyolong bendera kerajaan, Ratu!

RATU              : lho…lho…nyolong bendera?! Lha kok bisa gak ketahuan ini piye? Memangnya mau kamu buat apa to?  (mendekati pengemis)

ORANG TUA : lapar…saya lapar… itu…mau saya jual…lima ribu jadi.

RATU                          : apa? Dijual?! Oh…rakyatku…(bernada kasihan) kamu lapar?

ORANG TUA : (Pengemis mengangguk) iya, saya lapar

RATU              : oh…lapar…tapi itu jangan kamu jual, karena itu adalah bendera negeri ini. Sekarang kamu pulang ke rumah, biar nanti kusuruh orang mengantar makanan ke tempatmu. Eeeiiittttssss, sebentar…. Dari tampangmu, kamu bukan dari negeri ini…. Dari mana kamu?

ORANG TUA : saya… saya… dari… eeemmm…

MENTERI       : Ah pasti kau pelarian dari indon! Kau harus…

RATU              : Ratu langsung menyahut) menteri sssstttttt, kita tunjukkan ramahnya negeri kita… biarkan dia pulang dan menikmati “Keramahan” kita (tertawa sinis)

Manusia Bayangan muncul memapah pengemis.

(music pengiring)

Ratu dan menteri maju ke tengah panggung.

MB                    : seperti ini salah satu contoh kejahatannya? (bernada sinis) tapi jangan lupa, ratu negeri kita juga orang indonsia loh… eh Indonesia, lihat saja…

RATU                        : (berbicara pada menteri) minta makan??! uang saja tidak punya, hari ini masih gratisan…huh! Paling-paling dia dari Negara yang lagi kacau itu! Suruh orang menangkap dia!

MENTERI                 : siap ratu!

RATU                                    : menteri kita kembali saja ke keraton. (meninggalkan panggung)

 

Babak III

Musik pengantar; rumah kardus hanya ada ayah dan anaknya

ORANG TUA             : Anakku, ratu berjanji akan memberi kita makan, tadi aku baru bertemu dengannya

ANAK PEREMPUAN: Aku tidak sudi makan hasil kejahatan! Lebih baik aku lapar!

ORANG TUA               : Anakku maafkan aku, aku sungguh menyesal (menangis) harus dengan cara apa aku mencari makan

ANAK PEREMPUAN         : Ayah tidak pernah berubah! Pantas saja ibu menikah dengan pria lain, dia tampak bahagia sekali dengan suami barunya! dan kakak! Dia sudah jadi dosen terhormat sekarang! Siapa yang sudi hidup dengan pencuri sekaligus penjudi dan pemabuk seperti ayah! Sudahlah aku mau pergi!

 

Babak V

Suasana gelap. Cahaya hanya tertuju pada meja di atas panggung. Hakim (H) masuk kedalam ruangan. Sesaat kemudian terdengar jeritan dan teriakan terdakwa (T) yang diseret masuk oleh MB.

ISTRI ORANG TUA           : tidak….! aku tidak mau! Lepaskan aku…lepas…! aku tidak bersalah!

HAKIM                                   : Diam! (sambil mengetuk palu) harap tenang1 sebagai perempuan, seharusnya engkau diam di rumah, menjaga anak-anak dan harta suamimu!

ISTRI ORANG TUA             : (marah) apa? Diam katamu?! Aku ini janda kere! (menoleh ke penonton) mereka…mereka para pembesar-pembesar itu yang merampas hartaku…membunuh anak-anak dan suamiku! Kau suruh kau diam, hah?! Padahal mereka yang cabut hak hidupku! Bahkan lebih kejam dari Izroil! Mereka…

HAKIM                                   : Diam! Hentikan! Tetapi engkau tetap bersalah! Engkau telah membunuh orang terpenting di negeri ini.engkau harus dihukum mati! Pengawal, masukkan perempuan ini ke penjara!

MB                                          : Datang menyeret dan keluar dari ruang sidang.

ISTRI ORANG TUA           : Tidak…lepaskan aku…(menangis)aku tidak salah…

HAKIM                                   : Di negeri ini, uanglah yang jadi raja.ha…ha… coba saja perempuan itu sanggup membayarku lebih dari keluarga pejabat yang dibunuhnya, pasti akan aku bebaskan dia. Ha…ha…uang…uang  (terus tertawa sampai keluar ruang)

ANAK PEREMPUAN         : Ibu…(menangis)… dasar hakim tak punya hati!

 

Babak IV

Orang tua muncul, sambil menghisap rokok dan membawa botol bir dia berjalan menuju meja judi. Manusia bayanagn sudah ada di sana menyambutnya. Mereka mulai bermain judi. Terdengar gelak tawa. Beberapa saat kemudian, penjudi tertawa keras…tapi dia menang.

ANAK PEREMPUAN          : Ayah, kenapa ayah tidak datang? Ibu di hukum mati yah (Sambil menangis)

ORANG TUA                         : Biar wanita terkutuk tak tau di untung itu mati, toh dia yang meninggalkan kita! Aku mau hepi-hepi!

ANAK PEREMPUAN          : Manusia macam apa kau yah!

ORANG TUA                         : (sambil mencekik anaknya) Aku ini ayahmu, dan kamu harus terima itu!

ORANG TUA                         : (sambil minum) inilah hidupku…ha…ha…malam masih panjang, aku bosan menyesal uang masih banyak, masih bisa dicari…tapi…tapi…ha….ha..kalaupun kau mati di meja ini (mulai sedih) aku…aku tetap bahagia… aku akan segera menyusulmu istriku tercinta (sambil memegang foto istrinya)

MB                                           : (bersenandung sambil membuang-buang kartu remi di hadapan penonton dan melempar-lempar botol minumanaku wes kondo ciu marakke ciloko/ aku wes matur, manson neng omongan nglantur// wes tak aturi yen vodka marakke lali/ banjur ngunjuk bir, sampeyan dadine kenthir///

Lampu meredup, orang tua dibawa manusia bayangan

Babak IV

LAMPU FADE IN MENYOROT ORANG TUA DAN ANAK PEREMPUAN. TERLIHAT BETAPA ORANG TUA ITU SEPERTI SELEMBAR DAUN KERING YANG TERHAMPAR. KERING DAN TAK BERDAYA. ORANG TUA ITU TERKAPAR DI SEBUAH AMBEN. IA MELAMBAI LEMAH. ANAK PEREMPUAN ITU MENDEKAT.

 

ANAK PEREMPUAN         : Bapak, tidurlah. Dari tadi Bapak muntah-muntah.

 

ORANG TUA                       : Bapak mau bercerita….

 

ANAK PEREMPUAN         : Jangan sekarang pak, besok saja.

 

ORANG TUA                       : (menggeleng lemah) Tidak ada waktu lagi

 

ANAK PEREMPUAN MEMANDANG ORANG TUA ITU. LAMPU FADE IN MENYOROT TUKANG CERITA.

 

ANAK PEREMPUAN         : Berceritalah bapak, kalau begitu….

 

MUSIK FADE IN

 

ORANG TUA                       : Hari ini tepat empat puluh tahun tahun peristiwa besar yang terjadi di negeri kita

 

ANAK PEREMPUAN         : Maksud bapak? Negeri kita? Bukankah kita dari kerajaan ini?

 

ORANG TUA                       : Bukan nak, negeri kita Indonesia, kau sudah pernah dengar negeri itu?

 

ANAK PEREMPUAN          : Pernah pak, kami belajar di sekolah, dan katanya tahun itu Sejarah paling buruk bagi Perempuan Indonesia, guru-guru di sekolah selalu menceritakan peristiwa itu sebagai salah satu bukti pelecehan perempuan yang bersejarah. Penjarahan, pembakaran dan pemerkosaan yang berlangsung 13-14 Mei 1998, seminggu sebelum Soeharto turun dari kekuasaannya selama 32tahun. Guru-guru selalu bilang, karena peristiwa itu, kerajaan kita dibanjiri kriminal. Dan saat itu yang menjadi korban perkosaan adalah perempuan Tionghoa diperkosa karena mereka adalah Tionghoa.

 

 

TERDENGAR LOLONGAN ITU. MUSIK FADE OUT. LAMPU YANG MENYOROT ORANG TUA DAN ANAK PEREMPUANNYA

 

ORANG TUA                         : Bapak sudah menjalani hidup dengan kerja yang paling keras dan paling berat untuk menghidupi keluarga kita. Tubuhku sudah begitu hancur dan begitu pula hidupku. Ibumu menjadi pelacur dan lari dengan orang lain. sedang kakakmu, sudah malu mengakui kita. Saat ini hanya dirimu yang setia menemaniku. Anakku seakan dosaku selalu mengikuti kemana aku pergi.

 

ANAK PEREMPUAN          : Maksud ayah? Apakah ayah terlibat? Apakah ayah ikut menjarah dan membakar atau… (si anak perempuan tak mampu meneruskan pertanyaannya)

 

ORANG TUA                         : Aku tidak tahu. Semua orang menjadi gila. Semua orang melakukannya. Termasuk aku. Sampai sekarang masih kudengar teriakan mereka, masih tercium juga bau darah dari tanganku

 

ANAK PEREMPUAN          : Bapak, kok bisa….(Kaget, sedih, tak percaya)

 

ORANG TUA                         : Waktu itu amat kacau, semua orang menjadi gila, semua orang melakukannya. Waktu itu kami seperti diarahkan.

 

ANAK PEREMPUAN          : Bagaimana mungkin bapak melakukan hal seperti itu? Bapak kan punya ibu, punya saudara perempuan dan sekarang punya anak perempuan. Apakah bapak tidak tahu perbuatan bapak itu kejam sekali? Aku seorang perempuan, bapak. Aku merasa ikut mengalami penderitaan perempuan itu. Apa sih yang terjadi dulu itu, bapak? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

 

ORANG TUA ITU MELIHAT ANAK PEREMPUAN YANG MEMUNGGUNGINYA ITU DENGAN WAJAH YANG MENAHAN SAYATAN DALAM DADA. SUARANYA LEMAH SEKALI.

 

ANAK PEREMPUAN          : Apa pekerjaan orang-orang buas itu selama empat puluh tahun yang lalu? Orang-orang buas….

 

ORANG TUA                         : Tak ada seorang pun dari kami mengerti bagaimana semua itu bisa terjadi. Kami tidak pernah membicarakannya.

 

ANAK PEREMPUAN          : Bapak masih ketemu dengan orang-orang buas itu?

 

ORANG TUA                         : Hampir tidak akan pernah. Kalau ketemu, kami tidak membicarakannya. Kami tidak ingin mengingatnya.

 

ANAK PEREMPUAN TUA BERBALIK

 

ANAK PEREMPUAN         : Bapak, aku sangat kecewa.

 

ORANG TUA MENAHAN SAKIT

 

ORANG TUA                       : Begitulah nak, ayahmu ini seorang pemerkosa.

 

ANAK PEREMPUAN ITU BERBALIK KE JENDELA LAGI. MENUTUPI WAJAHNYA DENGAN KEDUA TANGAN.

 

ANAK PEREMPUAN          : Setiap kali mendengar cerita itu, aku tidak bisa mengerti bagaimana kekejaman semacam itu mungkin terjadi. Aku selalu berpikir bahwa para penjarah dan pemerkosa itu tidak layak disebut manusia. Aku tidak akan pernah mengira bahwa salah seorang diantara mereka adalah bapak.

 

Luka itu tidak akan tersembuhkan, pak. Perempuan itu tidak akan bisa melupakannya. Bapak tidak akan bisa menghapus perasaan bersalah dan kini aku pun akan hidup dengan luka itu selamanya. Kalau perempuan itu punya anak akibat pemerkosaan itu, anak itu akan lahir 14 Februari1999. hari ini ia akan berumur 40 tahun. Aku mempunyai saudara yang tidak jelas di mana.

 

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya seandainya ia tahu siapa dirinya itu sebenarnya. Bayi-bayi hasil pemerkosaan itu tidak akan diakui oleh ibunya. Akan menjadi apakah mereka? Hhhh…..ayahku seorang pemerkosa.

 

ORANG TUA                         : Semua sudah terjadi, sudah lama aku mencoba melupakannya, tapi lihat, hidup ku semakin berantakan! Seakan-akan aku menuai apa yang aku tabur

 

SI ANAK PEREMPUAN BERLARI MENINGGALKAN AYAHNYA SENDIRIAN DI KAMAR.

 

Babak V

Seorang dosen muncul sambil berbicara di telepon terburu-buru.

ANAK PEREMPUAN         : Mas Andi? Ini aku mas adikmu, Tinah

DOSEN                                  : Maaf… maaf… anda salah orang, saya tidak punya adik namanya Tinah

ANAK PEREMPUAN         : Tidak mungkin aku salah orang, aku ingat betul kakakku!

DOSEN                                  : Cepat pergi atau saya panggilkan security!

ANAK PEREMPUAN         :  teganya kau kak!

Tinah pun segera diusir oleh security, sang dosen segera menuju kelasnya

DOSEN                                    : Selamat pagi mahasiswaku tercinta…mari kita tinggalkan sejenak segala keluh kesah di luar, kita siapkan hati dan pikiran kita untuk kuliah hari ini. Baik saudara…sebagai manusia, janganlah kita skeptis terhadap ilmu. Pandang ilmu itu dengan objektif, bukan subjektif. Tahu kenapa? Ya…karena ilmu itu logis. Dan jika kita sudah memahami ini, secara teoritis, terapkan itu secara pragmatis. Kita ini ini insan berilmu. Bukan sapi, atau monyet! Karena itu, hidup itu harus berilmu… baik saudara, sekian kuliah hari ini

Tiba-tiba telepon dosen berdering…ternyata dari anaknya.

DOSEN                                    : O…maaf. saudara…Halo? ya.. anakku sayang…ada apa? O…pesta? berapa? Lima puluh juta? O..tenang anakku…Bapak sekarang ini gajinya sudah tiga kali lipat! Jadi…apa? ya…ya…atur lah semaumu…(terus menelepon sambil meninggalkan panggung)

muncul sambil membuang-buang buku

MB                                           : Aplikasi teori lebih dari logika…sampah! ilmu jadi komersil berangka-angka!…seperti ini? Kapan kita mau pintar? Mau maju? Mau cerdas? Pff…(tertunduk lesu)

 

Babak VII

di atap sebuah gedung

ANAK PEREMPUAN         : Tuhan, apakah harus kuakhiri hidupku?

MB                                          : Satu lagi pengecut yang mau lari dari kenyataan, Dasar manusia!

ANAK PEREMPUAN         : Tuhan, apakah Kau masih mendengarku?

MB                                           : Buat apa kau memanggilNya? Sudahlah melompatlah! Susul ayah dan ibumu yang pecundang itu!

ANAK PEREMPUAN          : Kau sebut apa ayahku? Jaga bicaramu! Apapun masa lalunya dia tetap ayahku! Toh semua orang punya masa lalu kan? Justru darinya aku belajar banyak hal

MB                                           : Omong kosong! Apapun yang dia lakukan tidak akan mengubah masa lalunya, kau lihat keluargamu berantakan, kakakmu menolak mengakuimu, ibu mu lari, sedang ayahmu? Dia pemabuk berat dan penjudi, pemerkosa lagi!

ANAK PEREMPUAN          : Ya ayahku pemerkosa, ibuku pelacur, sedang kakakku koruptor! Dunia memang kejam! Tapi aku tidak bisa memilih dikeluarga mana aku akan lahir, apa itu salahku? Andai aku bisa memilih, tentu aku tidak minta dilahirkan di keluarga ini. Dalam hati kecilku percaya kalau Tuhan itu begitu baik, dan setelah semua ini akan kubuktikan kepadamu bahwa aku lebih baik dari mereka.

Panggung kembali gelap. Pemain satu persatu muncul menyanyikan lagu “Panggung Sandiwara” sambil membawa lilin.

Semua  : Dunia ini panggung sandiwara/ ceritanya mudah berubah/kisah mahabarata/ atau tragedi Yunani…// setiap kita dapat satu peranan/ yang harus kita mainkan// ada peran wajar/ dan ada peran berpura-pura// *mengpa kita bersandiwara…/mengapa kita bersandiwara// peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak/ peran berrcinta bikin orang mabuk kepayang// dunia ini penuh peranan/ dunia ini bagaikan jembatan kehidupan///

 




Comments are closed.