Hari yang keenam

BY IN Religious Comments Off on Hari yang keenam

Belum habis para malaikat terkagum-kagum akan apa yang telah dibuatNya selama 5 hari sebelumnya, dan hari itu Allah mengambil keputusan, “Aku akan menciptakan yang laen daripada yang lain hari ini !” kataNya pada hari yang ke-enam.

Tiba-tiba Allah turun dari tahtaNya yang mulia dan berkilauan, Ia menginjakkan kakiNya diatas tanah yang berlumpur itu untuk pertama kalinya dan, dengan penuh kelembutan, Ia menggulung lengan jubahNya.

Berbisik-bisiklah para Malaikat satu dengan yang laen, dengan penuh rasa ingin tahu apakah gerangan yang membuat Allah turun dari tahtaNya dan berdiri diatas lumpur itu. Lalu seorang malaikat memberanikan diri dan bertanya,” Ya Allah Yang Mulia, Maha Penyayang dan Pengasih, apakah yang akan Kau buat hingga Kau merelakan kaki dan jari-jari tanganMu menyentuh lumpur yang kotor itu ? Biarlah kami yang melakukan pekerjaan yang kotor ini, sebab Engkau tidak layak untuk melakukan ini semua”.

Tersenyumlah Allah dengan senyuman khasNya yang lembut, “Lihatlah, sebentar lagi pekerjaanKu akan selesai”.

“Apakah yang akan Kau buat Tuanku ?” tanya malaikat itu lagi.

Allah menjawab, ” Aku akan menciptakan karya yang terindah yang segambar dan serupa dengan diriKu.”.

Terbelalaklah mata malaikat itu, “Wah…begitu mulianya dan berharganya ciptaanMu ini. Mengapa Engkau mau menciptakannya ?”, tanyanya sambil menengadahkan kepalanya.

JawabNya,” Akan ada kasih di hatinya bagiKu, akan ada pujian dari mulutnya, dan akan ada cinta yang sejati antara Aku dan dia. Bukankah itu indah? Pernahkah terlintas di pikiranmu akan hal ini, dicintai dan mencintai dengan cinta yang sejati ?”.

Terkagumlah malaikat itu dan dengan mata yang berbinar-binar dan berkata, “Sangat indah ya Tuanku, sangat indah…Sungguh tak sekalipun hal ini terlintas di pikiranku. Pastilah ciptaan dariMu ini senantiasa akan menyenangkanMu, selalu patuh padaMu, tak pernah menyangkaliMu dan mengasihiMu sepanjang hidupnya…”.

Allah tersenyum, “Yang Kau katakan itu sangatlah indah dan ideal, tetapi tidaklah demikian. Dia akan memiliki kebebasan dan dia akan memiliki pilihan untuk mengasihiKu atau tidak.”

Semerta-merta raut muka malaikat itu berubah dan tenggelam dalam kebingungan yang tak terselami, ” Dengan demikian mereka memiliki kesempatan untuk membuat diriMu sedih, ya Rajaku. Engkau terlalu baik untuk dikecewakan Tuanku, tidak kah lebih baik untuk tidak menciptakannya atau mungkin menciptakan mereka dengan hati yang selalu mencintaiMu, tanpa pilihan yang lain?”

“Aku menginginkan cinta yang sejati, hambaKu. Dan cinta yang sejati bukanlah cinta yang memaksa tetapi cinta yang timbul dari segala macam pilihan yang ada”.

Mengertilah malaikat itu dan berkata, “Jadilah kehendakMu ya Tuanku ! Kudus dan mulialah Engkau selamanya !”.

Lumpur itu mulai menunjukkan bentuknya yang berstruktur sama dengan Allah dan akhirnya Ia berkata, ” Kuhembuskan nafas kehidupan daripadaKu, jadilah engkau Manusia !”

Sumber : unknown




Comments are closed.