Mobil Kodok

BY IN Personal Stories Comments Off on Mobil Kodok

Melihat anak2 generasi sekarang, yang notabene permainannya berbau digital dan elektronik, saya jadi teringat kembali ke beberapa tahun yang silam. Permainan anak2 jaman itu tidaklah secanggih saat ini. Kalau sekarang sudah ada PSP ataupun NDS, yang kami miliki dulu hanyalah game & watch, yang layarnya hanya monochrome. Permainan yang sempat cukup populer pada masa itu adalah membuat mobil2an sendiri dari bungkus rokok.

Saya dan teman2 waktu itu cukup menggunakan kotak dari bungkus rokok kemudian kami lubangi pada bagian bawahnya, dan dimasuki sapu lidi dua batang, yang masing-masing dipasang tutup botol plastik untuk rodanya. Dan dengan mainan seperti itu, biasanya dipasang benang yang cukup panjang untuk bisa ditarik. Saat itu kebetulan saya lagi iseng, jadi satu bungkus rokok yang jadi mobil gacoan saya, saya lapisi dengan kertas minyak warna hijau, dan dengan penuh kebanggaan saya langsung bermain dengan teman-teman yang lain, dan mereka spontan memanggil mobil2an saya dengan sebutan “Mobil Kodok” karena warnanya yang hijau. Dan mobil2an ini selama beberapa waktu menemani waktu bermain saya dengan teman2 sekampung.

Beberapa minggu setelah Mobil Kodok saya buat, ternyata ayah saya mendapat undangan untuk menghadiri acara copy darat dengan teman2 ORARInya. Kebetulan dari hasil “nge-brik” setiap pagi di loteng, ayah saya punya teman yang cukup banyak dan kadang2 mereka copy darat (istilah ORARI untuk ketemuan) di tempat-tempat yang sudah disepakati bersama. Saat itu, kami pergi ke Bangil dengan numpang mobilnya teman ayah saya. Saat sampai di lokasi, saya yang lagi getol2nya dengan mobil yang terbuat dari bungkus rokok, sempat terperangah melihat teman2 ayah saya yang memang kebanyakan perokok berat semua.

Mungkin saat itu kalau lihat bungkus rokok seperti lihat emas saja. Langsung saja, saya minta bungkus rokok dari teman2 ayah saya. Pada mulanya mereka heran, untuk apakah bungkus rokok itu. Namun setelah saya jelaskan bahwa saya ingin buat mobil yang cukup besar, mereka spontan memberikan bungkus rokoknya semua kepada saya, yang menerimanya dengan penuh kegirangan. Apa yang ada di pikiran saya saat itu hanyalah sorak kemenangan bahwa saya bisa membuat mobil besaaar dengan bahan bungkus rokok sebanyak itu. Bahkan sempat juga mencari2 bungkus rokok yang tercecer di lokasi copy darat. Saya hanya ambil bungkus rokok yang masih bagus kondisinya, sementara yang sudah pesok dan penyet tidak saya ambil.

Jadilah saya mendapatkan satu keresek besar yang penuh dengan bungkus rokok. Akhirnya saya pulang ke Surabaya dengan bangga, dan saya melewati rumah teman2 saya dengan perasaan menang. Untungnya teman2 saat itu sudah pada tidur semua karena hari itu memang sudah larut malam. Dan keesokannya apa yang terjadi membernarkan dugaan saya, dimana teman2 merasa agak iri dengan banyaknya bungkus rokok yang saya miliki.

Saya tidak begitu pandai dalam ketrampilan, sehingga saya menyuruh teman saya yang memang terampil untuk membikinkan mobil yang besar buat saya, yang tentunya dia minta bayaran bungkus rokok. Mengingat bungkus rokok yang saya dapatkan mencapai lebih dari 50 bungkus, tidak menjadi soal buat saya untuk memberikan 5 bungkus rokok sebagai upah teman saya dalam membuat mobil besar saya. Dan dia membuat mobil saya seharian dan dasar teman saya ini memang terampil tangannya. Dia berhasil membuat mobil van yang panjang dan tinggi, yang bagi saya cukup keren.  Dan dengan bangganya saya membawa mobil “baru” saya itu untuk bermain dengan teman2 yang lain. Walaupun begitu, mobil kodok masih saya pakai juga sekali2.

Selang beberapa waktu kemudian, teman saya berselisih dengan adiknya gara2 rebutan bungkus rokok. Mereka bertengkar cukup seru dan belakangan saya baru tahu kalau adiknya sempat iri dengan 5 bungkus rokok yang pernah saya berikan kepada kakaknya. Waduh, saat itu saya jadi merasa tidak enak dengan teman saya, karena gara2 5 bungkus rokok, dia sampai harus berantem dengan adiknya. Ketika mainan mobil2an bungkus rokok menjadi tidak populer lagi, saya masih menyimpan mobil kodok saya sampai beberapa tahun kemudian. Sementara mobil besar yang dibuatkan oleh teman saya malah hilang entah kemana.




Comments are closed.